Selasa, 18 Mei 2010

Kiamat Menurut Al-qur’an dan Hadist


Begitu banyak ramalan-ramalan tentang Hari Kiamat yang ditulis dalam berbagai buku. Percayakan kita ?

Lalu bagaimana Islam memandang Kiamat?

Percaya kepada hari kiamat adalah salah satu rukun iman yang ke enam.

Ilmu kita tidak akan pernah sampai untuk meramalkan kapan kepastian terjadinya Kiamat, karena hal itu adalah menjadi rahasia Allah SWT.

“Telah dekat terjadinya Hari Kiamat. Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah” (Q.S an-Najm : 57-58)

Mereka menanyakan kepadamu tentang hari akhir : “Kapankah terjadinya ?”. Katakanlah:”Sesungguhnya pengetahuan tentang itu ada pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat bagi yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah:”Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Tuhan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS AL-A’raaf :187)

banyak yang menafsirkan dari ayat2 dalam al quran bahwa kiamat sepertinya akan terjadi saat bumi ditabrak oleh meteorit yang jumlahnya tak terhitung. bayangkan dengan meteorit seukuran beberapa meter saja bisa melenyapkan seluruh indonesia kalau sampai menghantam bumi. sangat mungkin benar tak ada yang tahu kapan waktunya, astronomi hanya punya kemungkinan 1 dari sekian ratus ribu kemungkinan ketika melihat meteorit di angkasa dan jika yang satu itu yang terjadi tak ada seorangpun yang mampu bersiap-siap.

maka yg jadi masalah bagi hamba adalah udah taubat belum????

Apabila matahari terbit dari arah barat, maka saat itu tidak diterima keimanan seseorang yang belum beriman sebelumnya, sebagaimana juga tidak diterima taubatnya orang-orang yang berbuat maksiat. Hal itu dikarenakan terbitnya matahari dari arah barat merupakan satu tanda (hari kiamat) yang sangat besar, yang dapat dilihat oleh seluruh manusia di waktu itu. Maka tersingkaplah semua hakekat bagi mereka, dan mereka menyaksikan berbagai hal mengerikan yang menjadikan leher mereka tunduk membenarkan ayat-ayat Allah. Hukum mereka pada waktu itu adalah seperti hukum orang yang tertimpa adzab Allah ta’ala, sebagaimana firman-Nya ‘azza wa jalla :

“Maka tatkala mereka melihat azab Kami, mereka berkata: “Kami beriman hanya kepada Allah saja dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah. Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir” [QS. Al-Mukmin : 84-85].

Telah berkata Al-Qurthubi :
“Para ulama berkata : Keimanan seseorang tidaklah bermanfaat ketika matahari telah terbit dari arah barat (bagi orang yang belum beriman sebelumnya), karena pada satu itu perasaan takut menghunjam sangat dalam pada hati sehingga mematikan segala syahwat jiwa, serta seluruh kekuataan tubuh menjadi lemah. Seluruh manusia saat itu menjadi – karena yakin kiamat telah dekat – seperti keadaan orang yang datang kematian (sakaratul-maut) padanya dalam hal terputusnya segala ajakan untuk berbuat maksiat dan sia-sianya apa yang ada pada tubuh/diri mereka. Barangsiapa yang bertaubat dalam keadaan seperti ini (ketika matahari terbit dari arah barat), maka tidak diterima taubatnya sebagaimana tidak diterimanya taubat orang yang sakaratul-maut”.[18]

Ibnu Katsir berkata :“Apabila orang kafir baru mulai beriman pada hari itu, maka tidak diterima. Adapun orang-orang yang telah beriman sebelumnya, apabila ia melakukan amal shalih, maka ia berada dalam kebaikan yang sangat besar. Adapun jika ia seorang yang senang bergelimang dengan kemaksiatan, dan baru bertaubat setelah itu; maka taubatnya tidak diterima”.[19]

Dan inilah penjelasan yang datang dari Al-Qur’an Al-Kariim dan hadits-hadits yang shahih. Allah ta’ala berfirman :“Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya” [QS. Al-An’am : 158].

Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :“Hijrah tidak terputus selama taubat masih diterima. Dan taubat akan senantiasa diterima hingga terbitnya matahari dari arah barat. Apabila telah terbit (dari arah barat), ditutuplah setiap hati dengan apa yang ada di dalamnya, dan cukuplah manusia amal (yang telah dilakukannya)”.[20]

bertaubatlah dri sekarang,,,,,,,,,,,, Selengkapnya...

Rabu, 12 Mei 2010

Pacaran Sih Boleh, Asalkan?


Pacaran Sih Boleh, Asalkan?
Dari Anas ra, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya diantara tanda-tanda kiamat itu ialah diangkatnya ilmu, tersebarnya kebodohan, meminum khomer terang-terangan, dan meluasnya perzinahan.” (HR. Bukhari, Fathul Bari 1/178)

Sahabat muda Gerimis, gimana nich kabar kamu semuanya, semoga tetap istiqomah dan stay-tune terus ya di garda terdepan untuk memperjuangkan nilai-nilai tauhid, guna tegaknya syari’at Allah swt di muka bumi, terbangunnya masyarakat Islami serta merumput dan merebak harumnya kehidupan sunnah nabi saw, tetap semangat khan?

Coz Ka_Ge terus menanti partisipasi sahabat semuanya, saran, konsultasi dan kiriman artikelnya. Dengan adanya beberapa permintaan yang masuk ke redaksi, agar bisa mengupas tuntas tentang PACARAN, ya oke deh…! Kita kupas-pas…

Yup… jangan negative thingking dulu donk sobat, tentang judul tebal di atas! Kita kudu tahu dulu maksudnya, gimana maksudnya? Ya…, gitu deh.

Sobat gerimis muda yang cakep and cantik (cakep buat ikhwan, cantik buat akhwat) iya ngga? jangan ge-er gitu lho.

Pada dasarnya, setiap manusia yang terlahirkan itu, sekurangnya memiliki tiga naluriah dasar pada dirinya. Apa tuh…? Satu, naluri untuk bertauhid atau beragama (yang merupakan nilai fithrah tertinggi) Dua, naluri untuk mempertahankan dirinya (seperti keinginan untuk menang dan berprestasi), dan yang ketiga, naluri untuk melestarikan keturunan (example; sifat ke-Ibuan, ke-Bapa-an, dan adanya rasa suka kepada lain jenis).

Nah, berpijak dari naluri yang ketiga inilah, mungkin sebagian remaja muda dan ‘remaja’ berkumis dan beruban bahkan bercucu, sudah bau tanah pun kedapatan masih kita temukan, melegal-kan atau membolehkan berpacaran atau dengan kata lain mengungkapkan rasa cinta dan suka kepada lain jenis. Na’udzubillah. Tidak ada yang menyangkal tentang adanya anggapan bahwa rasa cinta adalah anugerah yang harus disyukuri. We agree friend. Tapi, ada tapinya tuh, apaan? Kalau ekspresi syukur yang terlahirkan adalah adanya pengungkapan rasa cinta kepada lain jenis, terus jadian, janjian dan pada akhirnya akan melahirkan pertemuan. Ya ketemu…an deh! Dari mata turun ke hati, terus ke kali deh, eh, beropra…si deh. Mulai saling lihat, pegangan tangan dan titik-titik dan titik-titik (sensor man)?!!

Berarti kalau demikian, boleh donk pengungkapan rasa cinta tetapi tidak melahirkan hal tersebut! Ya Boleh, tapi harus memenuhi syarat berikut; Pertama, kamu bilang ke bokap and nyokap bahwa kamu sudah siap untuk menikah, Kedua, jika ada someone (gadis atau pemuda) yang kamu sukai, maka kamu dan orang tua datangi orang tua gadis tersebut, bahwa kamu menyukainya, untuk apa? Ya untuk mengkhitbah (melamarnya) doong, terus jarak waktu setelah melamar itu, jangan lama-lama, dan tidak boleh berkholwat (berduaan), apa lagi jalan bareng, dan segala bareng. Kalau ditolak gimana? Ya… tanggung risiko dong! he…he… (sabar githu lo!).

Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat (akhir), janganlah ia bersunyi-sepi berdua-duaan dengan wanita yang tidak disertai muhrimnya, sebab bila demikian, syetanlah yang akan menjadi pihak ketiganya.” (HR. Ahmad)

Praktek pacaran juga bermacam-macam, ada yang sekedar berkirim surat, telepon, menjemput, mengantar atau menemani pergi ke suatu tempat, lebih jauh dan kelewatannya, sampai ada yang layaknya pasutri (pasangan suami istri). Na’udzubillah. Dan semua itu adalah pintu-pintu masuk untuk perbuatan zina. Allah swt berfirman, “Dan janganlah mendekati zina…” (QS. Al Isra: 32)

Dikalangan remaja sekarang ini, pacaran menjadi trend dan identitas yang sangat dibanggakan. Tidak sedikit yang mendapat julukan bujang lapuk, kurang gaul dan zomblo, akibat belum punya teman special alias pacar.

Biasanya seorang remaja akan bangga dan ‘pd’ abis jika sudah memiliki pacar, walau pun cinta yang berkisar diantara mereka adalah cinta monyet, lokasi sampai cinta beruk. Kalau cinta gajah dan kuda ada ngga ya? Karena itu, mencari pacar di kalangan remaja tidak saja menjadi sebuah kebutuhan biologis tetapi juga menjadi kebutuhan secara sosial. Ya Allah segitunya…!

Pacaran Islami? Ya tidak ada!
Ada yang mengira bahwa pacaran itu ada yang Islami, ketika apel, sebelum masuk rumah si dia, mengucapkan salam terlebih dahulu, terus salaman dan mengucapkan istighfar. Lho kok! Gimana tuh ceritanya? Bukankah itu sebuah pelecehan terhadap Islam?

Rasulullah saw tidak pernah tangannya menyentuh wanita non muhrim. Bahkan beliau menyatakan, lebih baik dibakar atau ditusuk besi membara dari pada harus menyentuh wanita yang bukan haknya.
Kalau ditanya maslahat dan mudlorotnya, jelas mudhrotnya yang secara dominan seratus persen. Sahabat pingin tau fitnah dan akibat dari pacaran?

1. Kontak pandangan yang bermuatan syahwat
Hal ini mustahil bisa terhindarkan ketika sedang berdua-duaan atau jika di sekelilingnya lain jenis. Dan ini merupakan perbuatan haram. Rasulullah saw bersabda, “Pandangan itu adalah anak panah beracun dari anak-anak Iblis, siapa saja yang dapat menghindarkannya karena takut kepada Allah karena ia akan dikaruniakan kelezatan dan manisnya Iman di dalam hatinya.” (HR. Hakim)

2. Kontak fisik
Yang ini pun tak bisa dielakan ketika berpacaran, dan ketika sedang bergerombolnya antara lain jenis. Padahal Rasulullah saw mengharamkan untuk bersentuhan dengan seseorang yang bukan muhrim. Di sinilah kenapa Rasulullah mengharamkan untuk berikhtilath (bercampur baur lain jenis)

3. Zina
Inilah akibat terbesar dan tujuan syetan dibalik goda rayunya yang menggiurkan itu. Hubungan di luar nikah merupakan dosa besar dan perbuatan nista dan aib dihadapan Allah swt.

Nah sahabat muda, ngerikan kita melihat akibatnya? Maka untuk terhindar dari hal tersebut kita harus sebaliknya, dari hal tersebut, jangan berbuat yang mengarah padanya, tidak bersentuhan dengan non muhrim, tidak ikhtilat, khalwat, menundukan pandangan mata (baca QS. An-Nur: 30-31), dan mengenakan hijab (jilbab) syar’i, yang disukai Allah dan Rosul-Nya. (tentang pembahasan jilbab syar’i, Sahabat bisa membacanya di kolom gerimis muda edisi 9 ). Jadi dengan demikian, katakan tidak dan putus hubungan dengan pacaran. Tapi Sahabat, sekarang ada ‘fatwa’ teranyar yang menyatakan, ‘Pacaran itu boleh, asalkan sesudah ‘aqad pernikahan’. Huuh.. He..he.. WAllahu’alam

File Gerimis Edisi 11 Tahun Ke-2 2006 Selengkapnya...

Minggu, 02 Mei 2010

Yang berhak dicinta di atas cinta

Cinta, sebuah kata yang indah didengar, manis diucapkan, nikmat dirasakan. Cinta adalah karunia dan rohmat dari Allah ta’ala yang Dia berikan dan Dia bagikan kepada manusia.

Segala puji bagi Allah ta’ala yang telah menjadikan cinta sebagai jalan menuju apa yang dicintai-Nya, dan telah menjadikan ketaatan dan ketundukan kepada-Nya sebagai dalil atas kebenaran dan kejujuran cinta. Dia-lah yang telah menggerakkan jiwa dengan cinta menuju kesempunaan. Mahasuci Allah yang telah memalingkan hati kepada yang Dia kehendaki dan untuk apa yang Dia kehendaki dengan kekuasaan-Nya. Dia lah yang menjadikan cinta bercorak dan bercita warna, membagikan cinta kepada para hamba-Nya, memberikan pilihan kepada mereka apa dan siapa yang dicintainya; ada cinta yang mulia dan ada yang hina, ada yang cinta harta, wanita, tahta dan segala yang nista.

Namun ada sebuah cinta yang paling mulia, (yaitu) cinta kepada Sang Pencipta cinta, yang telah menciptakan alam semesta dengan cinta, dan untuk cinta, karena pada hakikatnya cinta yang tertinggi dan termulia dari hamba adalah menghamba kepada-Nya. Dan tiada yang berhak menerima cinta termulia ini melainkan Dzat yang seluruh alam semesta harus tunduk kepada-Nya. Karena tidaklah jin dan manusia diciptakan melainkan untuk menghamba kepada-Nya. Dan seluruh cinta harus tunduk di bawah cinta-Nya dan cinta karena-Nya.

Semakin bertambah cinta seorang mukmin kepada Allah ta’ala dan Rasul-Nya, semakin bertambah pula rasa manis imannya. Karena iman memiliki rasa manis dalam hati, kelezatan iman yang tidak diketahui melainkan oleh Allah ta’ala, itulah cinta di atas cinta[3].

Cinta Hakiki Cinta Yang Terbukti

Cinta butuh kepada bukti untuk bisa diakui kebenaran cintanya. Karena siapapun bisa saja mengaku cinta, namun tidak semua pengakuan cinta itu hakiki dan sejati, dan tidak semua pengakuan cinta itu abadi. Ada tanda-tanda dan bukti cinta yang harus diwujudkan hingga bisa diketahui manakah sebenarnya cinta yang sejati dan mana yang hanya sekedar cinta palsu. Demikian pula apakah cinta itu tulus dan murni ataukah sebenarnya ada keinginan lain dibalik pengakuan cinta, apalagi jika pengakuan cinta itu ditujukan kepada Allah dan Rasul-Nya, atau cinta karena Allah ta’ala dan benci karena-Nya; tentu bukan pengakuan yang sepele dan mudah diucapkan begitu saja, tetapi disinilah ukuran iman akan ditentukan. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

”Tidaklah seorang hamba beriman hingga aku menjadi orang yang lebih ia cintai daripada keluarganya, hartanya dan manusia semuanya.” (HR. Bukhori)

Allah ta’ala juga berfirman:

”Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri” (QS. Al-Ahzab: 6).

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Hisyam radliyallahu’anhu bahwa ia berkata: Kami bersama Nabi shallallahu’alaihi wa sallam ketika itu beliau shallallahu’alaihi wa sallam menggandeng Umar bin al Khattab radliyallahu’anhu lalu Umar berkata kepada beliau,

”Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku sendiri”.

Maka Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

”Tidak ![4] Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan Nya, hingga aku menjadi orang yang lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri”

Maka ’Umar radliyallahu’anhu pun berkata kepada beliau, ”Sesungguhnya sekarang, Demi Allah, engkau sungguh lebih aku cintai daripada diriku sendiri”.

Maka beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

”Sekaranglah wahai Umar !”[5] yakni, baru sekaranglah imanmu sempurna.

Pedoman Hakikat Cinta

Allah ta’ala telah memberikan sebuah pedoman untuk mengetahui hakikat pengakuan cinta seseorang, (yaitu) bahwa yang menjadi ukuran dan bukti cinta seseorang kepada Allah ta’ala adalah sejauh mana dia dalam ber ittiba’ (mengikuti petunjuk) Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Allah berfirman:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُُ

”Katakanlah: ’Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian’. Allah Maha Pengampun dan Penyanyang” (QS. Ali-’Imron: 31)

Ittiba’ kepada Rasulullah merupakan bukti cinta hamba kepada Allah ta’ala. Dan Allah ta’ala memberikan janji kepada hamba-Nya berupa balasan cinta-Nya ketika memenuhi syarat cinta. Karena yang paling penting dan paling agung bukanlah pengakuan hamba bahwa ia mencintai-Nya, namun yang paling penting dan agung adalah ketika ia dicintai dan dibalas cintanya oleh yang dicintainya.

Ayat ini juga menunjukkan bahwa ittiba’ kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam adalah bukti dan realisasi pengakuan cinta seseorang kepada Rasulullah yang harus didahulukan dan diletakkan di atas cinta kepada yang lainnya. Dan inilah hakikat cinta kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam yang sebenarnya. Barangsiapa yang menyelisihi, menyimpang dan meninggalkan ittiba’, apalagi mengolok-olok, meremehkan, menghina dan menghujat sunnah Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, berarti dia telah bermaksiat kepada Allah ta’ala, sekaligus menafikan kesempurnaan atau bahkan seluruh imannya.

Hanya kepada-Nya lah seharusnya kita memberikan cinta di atas cinta. Walillahil mahabbah. Selengkapnya...

WaNiTa IdAmAn IsLaM Apr 27, '09 6:58 AM for everyone POSISI WANITA DALAM ISLAM






Wanita tidak bisa dilepaskan dari hak dan kewajibannya.Berbicara tentang hak dan kewajiban wanita dalam islam,ada dua dimensi islam :
hak dan kewajiban wanita yang 'SAMA' dan 'BERBEDA' dengan hak dan kewajiban pria

ISLAM MEMANUSIAKAN WANITA

Islam datang disaat bangsa romawi sibuk dengan berbagai aktivitas dan seminar yang merendahkan martabat wanita.Islam datang untuk memanusiakan wanita sebagaimana islam memanusiakan pria.

Secara manusiawi,Allah menciptakan manusia dalam dua jenis yang berbeda,wanita dan pria,namun menakdirkannya untuk hidup berdampingan dalam masyarakat.mengapa?
Pria dan wanita adalah manusia.Sebagai manusia,mereka memiliki potensi hidup yang sama,yakni:

1. kebutuhan jasmani (physical needs/hajat al udwiyah)
~makan,minum,tidur,buang hajat,dll
2. naluri-naluri (instincts/ghoro'iz),antara lain :
* naluri beragama (religious instinct/ghorizah at tadayyun)
~islam,yahudi,kristen,budha,hindu,dll

*naluri melestarikan keturunan (race instinct/ghorizah an nau')
~mencintai dan dicintai

*naluri mempertahankan diri dari rasa takut dan dominasi orang lain (existing instinct/ghorizah al baqa)
~ingin jadi no 1,berkuasa,egois,dominan dari orang lain
3. akal--sebagai tempat manusia berfikir sebelum beramal untuk meraih target dan tujuan tertentu,dan dalam mengamalkan syariahNya.
oleh karena itu,hanya manusia berakal saja yang diminta mengamalkan syariahNya dan bertanggung jawab atas sejauh mana ia mengamalkan syariahNya di yaumil hisab

Berdasarkan potensi hidup yang sama diatas,maka hak dan kewajiban wanita adalah sama dengan hak dan kewajiban pria sebagai hamba Allah (muslim dan muslimah)
seperti dalam :

1.PERINTAH :
Allah mewajibkan muslim dan muslimah untuk :
~shalat,berpuasa ramadan,berzakat,dan berhaji serta beribadah
~beradab dalam makan,minum,berpakaian,akhlaqul kariimah
~bermu'amalah dengan sesama manusia sesuai hukum Allah,dalam aspek pendidikan,ekonomi,hukum dan peradilan,sosial kemasyarakatan (pergaulan wanita dan pria),pemerintahan,pelimpahan pembayaran hutang,dll
~melakukan amar ma'ruuf nahi munkar (dawah) dan bergabung dengan jamaah yang memperjuangkan syariahNya secara kaffah (Qs ali imran : 104)
~menuntut ilmu agama dan dunia
~dsb

2.LARANGAN
Allah melarang muslim dan muslimah untuk :
~berjudi,mendekati zinah apalagi berzinah,minum khamr,makan harta riba,dsb
~berhukum pada selain hukum Allah
~dsb
jika muslim dan muslimah meninggalkan kewajiban dan melanggar pantangan/laranganNya,mereka dikenai sanksi

inilah dimensi islam 'menyamakan' hak dan kewajiban wanita dengan hak dan kewajiban pria dari sisi wanita sebagai manusia dan hamba Allah


ISLAM MEWANITAKAN WANITA

Secara kodrati,wanita berbeda dengan pria
wanita cenderung bersikap lemah lembut,berpotensi mengandung,melahirkan dan menyusui serta melakukan pekerjaan wanita yang ini tidak dimiliki pria
Di satu sisi,islam mengajarkan,dengan perbedaan kodrat tersebut,pria dan wanita bekerjasama mewujudkan generasi islam cemerlang dalam rumah tangga yang islami (sakinah,mawwadah,warrahmah) dan generasi mujahid yang kelak akan memperjuangkan tegaknya syariah Allah di muka bumi.
Di sisi lain,dengan perbedaan kodrat tersebut,Allah menurunkan beberapa hukumNya yang berbeda diantara pria dan wanita,seperti :
1. peradilan~kesaksian 1 pria=kesaksian 2 wanita
2. waris~bagian wanita setengah bagian pria
3. pergaulan/sosial masyarakat~aurat pria berbeda dengan aurat wanita,pakaian pria berbeda dengan pakaian wanita,termasuk larangan pria menggunakan kain sutra dan emas sementara hal ini diperbolehkan bagi wanita,dan larangan pria menyerupai wanita atau sebaliknya
4. penetapan mahar sebagai kewajiban seorang pria atas calon istrinya dan hak seorang wanita atas calon suaminya
5. kewajiban pria menafkahi istrinya dan hak wanita untuk dinafkahi suaminya
6. kewajiban wanita mentaati suami (dalam batas syariahNya) dan hak suami untuk ditaati istrinya (dalam batas yang sama)
7. kemubahan pria berpoligami sementara keharaman wanita untuk melakukan hal itu (karena dikhawatirkan bisa merusak nashabnya)
8. salah satu syarat 'wajib' menjadi seorang pemimpin negara adalah seorang laki-laki muslim bukan wanita
9. hukum-hukum yang dikhususkan bagi wanita seperti : fikih wanita
10.dsb...

inilah dimensi islam 'membedakan' hak dan kewajiban wanita dengan hak dan kewajiban pria dari sisi fungsi dan peran wanita sebagai wanita itu sendiri
maka,peran wanita dalam islam : al ummu wa rabatul bait (ibu dan pengatur rumah tangga)
peran pria dalam islam : al qawwam alaa nisaa' (kepala rumah tangga)

adakah yang masih kurang dari keadilan islam dalam memperlakukan wanita?


PERAN BESAR WANITA DALAM MENENTUKAN GENERASI BERKUALITAS ISLAM

Melihat kelahiran dan perkembangan islam yang begitu pesat sejak pertama kali diwahyukan Allah hingga yaumil akhir,semua ini tidak bisa dilepaskan dari realitas bahwa wanita berperan besar dalam menentukan generasi berkualitas islam yang mampu membesarkan agama Allah di muka bumi.
untuk pertama kalinya,para generasi emas islam yang pernah dan akan selalu ada,mendapat pelajaran tentang hidup : 'dari mana hidup?untuk apa hidup?akan ke mana setelah hidup berakhir?' bukan dari sekolah tapi dari ibu sebagai guru pertama dan utama mereka

ibu semacam ini tidak secara otomatis hadir namun harus melalui proses : melatih dan mempersiapkan dirinya untuk menjadi wanita tangguh dengan integritas utuh yang melandaskan hidupnya hanya pada akidah islam

PROFIL WANITA TANGGUH DALAM ISLAM

1. wanita dermawan berdedikasi tinggi dalam pengorbanan harta,tenaga,fikiran dan jiwa serta pembelaannya kepada islam
~Khadijah binti Khuwailid Ra
2. wanita dengan segudang ilmu agama dan dunia
~Aisyah binti Abu Bakar As Shiddiq Ra,periwayat ribuan bahkan lebih hadist rasulullah dan guru bagi para shahabat Ra sepeninggal rasul untuk menimba ilmu
~As Syifa binti Abdillah,pengajar tulis menulis dan seorang ahli obat-obatan
~Zainab dari bani awad,seorang ahli penyakit mata
~Ummul Hasan bin al Qlodli Abi Ja'far Atthanjali,dokter ternama di masanya
~dsb
3. wanita politikus
~Fatimah binti Rasulullah SAW,yang terkenal dengan julukan Ummu Abiihaa (ibu bagi bapaknya) dan seorang ahli strategi perang
~Atikah binti Yazid bin Mu'awiyah
~Ummi Salma binti Ya'kub bin Abdillah al Makhzumi,
~dsb
4. wanita dalam perjuangan membela islam
~Sumayyah,istri Yasir,ibu Ammaar bin Yasir,yang syahid setelah disiksa dan ditusuk kemaluan hingga tembus kepalanya dengan tombak,karena mempertahankan keyakinannya kepada Allah dan islam
~Asma binti Abu Bakar As Shiddiq Ra,yang berkata kepada putranya yang hendak berperang tapi khawatir terbunuh dengan kondisi tubuh tercincang.dengan mantap Asma berkata :
'anakku,sesungguhnya menguliti kambing setelah kambing itu disembelih tidak menjadikan kambing itu semakin kesakitan'
~Nusaibah binti Kaabal Anshariyah (Ummu Umarah) yang terpotong tangannya dalam suatu perang ketika ia melindungi rasulullah
~Hindun binti Amr bin Harom yang dengan tabahnya membawa jasad suami,putra,dan saudaranya yang terbunuh dalam perang sehari,lalu menguburkan jasad mereka dalam satu kubur
5. tauladan muslimah pembela dan pejuang islam lainnya yang tak terhitung jumlahnya

Profil wanita idaman islam semacam itu tidak akan lahir dari wanita yang gemar hura-hura,merayakan hari wanita sedunia (women's day),atau kelompok-kelompok yang meneriakkan 'women's liberation',dan kesetaraan Gender yang tak lain adalah seruan kufur barat untuk membebaskan (menjauhkan) kaum hawa dari islam.Perjuangan semacam ini tidak akan pernah mendekatkan wanita pada cinta Allah bahkan mendekatkannya pada murka dan azhab Nya.

Perjuangan yang mampu menyelamatkan wanita dari eksploitasi seksual,perdagangan manusia(human trafficking),prostitusi,dan derita wanita tanpa akhir lainnya hanyalah ketika mereka berjuang untuk mempersiapkan dirinya untuk menjadi muslimah yang tangguh dan berkepribadian islam...setangguh para shahabiyah rasulullah SAW...

yaa Allah...
jadikanlah hamba wanita idamanMu dan islam
mudahkanlah hamba meneladani kepribadian para shahabiyah Ra dan muslimah generasi islam terdahulu (tabi'in & tabi'ut tabi'in)
agar kemenangan islam segera kembali bersinar terang melalui tangan para mujahid
yang lahir dari rahim para ibu mujahid Selengkapnya...

Membaca 7 Cara Pendekatan sebelum Menikah ala Khadijah – Muhammad, jadi terasa Hidup . . . . .


Membaca 7 Cara Pendekatan sebelum Menikah ala Khadijah – Muhammad, jadi terasa Hidup . . . . .

1. Ta’aruf Pasif : “Khadijah mulai naksir Muhammad lantaran mendengar kabar mengenai kemuliaan akhlak beliau.”
Saat itu, masyarakat Mekkah sedang ramai membicarakan Muhammad bin Abdullah, seorang pemuda yang bisa menjaga kejujuran dan keluhuran hati, sementara para pemuda pada umumnya suka foya-foya. Khadijah naksir itu bukan lantaran ketampanan atau pun kekayaannya. Malah, saat itu Muhammad saw, merupakan pemuda miskin.

2. Ta’aruf Aktif : “Khadijah menyaksikan sendiri kemuliaan akhlak Muhammad melalui pembincangan dalam tatap muka langsung.”
Pada mulanya, ketertarikan Khadijah kepada Muhammad bukanlah dalam rangka kepentingan asmara, melainkan bisnis. Kita tahu, Khadijah ialah seorang pengusaha kaya. Lantas, Khadijah pun memanggil Muhammad dan mengajaknya berbincang-bincang mengenai Perdagangan. Dengan perbincangan seperti ini, Khadijah bisa mula mengecek apakah benar bahwa Muhammad berakhlak Mulia.

3. Tanazhur (Ta’aruf Interaktif) : “Khadijah dan Muhammad menjalin kerjasama pengembangan karir.”
Melalui perbincangan tersebut tadi, Khadijah menganggap bahwa Muhammad adalah sosok yang ia butuhkan untuk berdagang ke negeri syam. Muhammad pun menerima tugas itu dengan senang hati. Dengan interkasi seperti ini, Khadijah dapat me-recheck atau melakukan pengujian terhadap Muhammad sebelum benar-benar yakin bahwa Muhammad memang berakhlak Mulia.

4. Tanazhur Langsung : “Khadijah mengalami sendiri indahnya menjalin Kebersamaan dengan Muhammad yang berakhlak mulia.”
Sepulangnya Muhammad saw. Dari negeri syam, Khadijah menerima laporan langsung dari beliau mengeani penunaian tugas berdagang tersebut tadi. Khadijah sangat gembira dan terlihat antusias sekali menyimak laporan tersebut. Secara demikian, tumbuhlah rasa cintanya kepada beliau. Hari demi hari, cintanya semakin mendalam.

5. Tanazhur Berjaring : “Khadijah memanfaatkanAJringan (network)-nya untuk memperlancar interkasinya dengan Muhammad.”
Maisarah ialah seorang kepercayaan Khadijah yang menyertai Muhammad berdagang ke negeri Syam. Ia pun menceritakan pengalaman-pengalaman yang ditemuinya selama perjalanan. Laporan-laporannya mengenai kemuliaan Muhammad menjadikan Khadijah semakin berhasrat untuk menjadi istri Beliau.

6. Tanazhur Bermedia : “Khadijah mengerhkan “Agen Cinta” untuk memperlancar hubungannya dengan Muhammad.”
Dalam tradisi Arab ketika itu, bila seorang perempuan kaya mendatangi seorang pemuda untuk meminta menikahinya, maka itu di pandang memalukan. Untuk menyiasatinya, Khadijah pun mengutus Nafisah, seorang kepercayaan lainnya, untuk membujuk Muhammad supaya mau melamar dirinya.

7. Khitbah : “Muhammad melamar Khadijah untuk menjadi istri Beliau”. Di depan keluarga Khadijah, Muhammad saw. Melamarnya. Maharnya 20 ekor Unta. Lamaran pun di terima. Pernikahan itu sendiri dilaksanakan pada waktu 2 bulan 15 hari setelah Muhamamd datang dari Syam. Usia Muhammad saat itu 25 tahun, sedangkan hadijah 40 tahun.

“Apakah masih ada seorang Siti Khadijah selanjutnya,,,,, Ku harap ada seseorang yang menginginkan aku karena kekagumannya dia terhadap diriku . . . . . . . Allah pasti akan memberikan aku yang terbaik…. tanpa kekurangan apapun di mata kepalaku……”aris djunaedi, catatan sang pemimpi, islami
Selengkapnya...